Saturday, November 16, 2013

Biografi Bacharuddin Jusuf Habibe (B.J. Habibie)



Bacharuddin Jusuf Habibie          Prof. DR. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie (Bapak Teknologi Indonesia) atau yang lebih dikenal sebagai B.J. Habibie, adalah anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.  Beliau lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Masa kecilnya dilalui  bersama
saudara-saudaranya di Parepare. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie mempunyai kegemaran menunggang kuda dan membaca. Beliau dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar. Namun pada 3 september 1950 ia harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia karena terkena serangan jantung saat ia sedang shalat Isya. Tak lama kemudian ibunya menjual rumah dan kendaraan dan  pindah ke Bandung bersama dengan Habibie.

 Habibie pernah menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta sehingga menjafi sosok favorit di sekolahnya.Pada tahun 1954 Ia belajar teknik mesin di Institut Teknologi Bandung. Dan pada1955-1965 ia mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di RWTH Aachen, Jerman Barat, di studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia. Musim liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian. Berkat usaha kerasnya pada 1960 ia mendapat gelar Diplom Ingenieur, dari Technische Hochschule, Jerman dengan predikat Cum Laude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5. dan gelar Doktor Ingenieur pada 1965 dengan predikat Summa Cum Laude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.

Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, Ia sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, Ia bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm  atau MBB Hamburg (1965-1969) sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini. Karir Habibie sudah sangat cenerlang bahkan Ia menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti Habibie Factor, Habibie Theorem dan Habibie Method.

Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan Presiden Soeharto. Ia pun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang Teknologi Pesawat Terbang dan Teknologi Tinggi hingga tahun 1978. Kemudian  ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) dari 29 Maret 1978 hingga 16 Maret 1998, sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya. Ia juga diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri. Tiga tahun setelah kepulangan ke Indonesia, Ia mendapat gelar Profesor Teknik dari ITB. Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Hal itu disambut dengan baik oleh Presiden Soeharto. Presiden Soeharto pun bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto memberikan kekuasan lebih pada Habibie dengan memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad, PAL, dan PT IPTN.

Selama 20 tahun menjadi Menristek, akhirnya pada tanggal 11 Maret 1998, Habibie terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7 melalui Sidang Umum MPR. Tidak lama kemudian pada 21 Mei 1998 Soeharto mundur, maka Wakilnya yakni Habibie pun diangkat menjadi Presiden RI ke-3 (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999) berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun, masa jabatannya sebagai presiden hanya bertahan sebentar. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 10 hari sebagai Wakil Presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai Presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. Meski sangat singkat, kepemimpinan Presiden Habibie mampu menjauhkan bangsa Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis. Presiden Habibie berhasil memimpin negara keluar dari dalam keadaan ultra-krisis, melaksanankan transisi dari negara otorian menjadi demokrasi. Sukses melaksanakan pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai), sukses membawa perubahan signifikn pada stabilitas, demokratisasi dan reformasi di Indonesia. Ia juga berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU Otonomi Daerah. Melalui penerapan UU Otonomi Daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU Otonomi Daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.

Pada  20 Oktober 1999 ia turun dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh Abdurrahman Wahid. Setelah turun dari jabatannya ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Meskipun tidak terjun dalam dunia politik dan kekuasaan, ia tetap memberikan sumbangsih kepada bangsa Indonesia dengan mendirikan The Habibie Centre pada 10 November 1999 yang merupakan suatu organisasi yang berusaha memajukan proses modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan integritas budaya dan nilai-nilai agama. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center. Pada tanggal 22 Mei 2010, Hasri Ainun Habibie, istri BJ Habibie, meninggal di Rumah Sakit Ludwig Maximilians Universitat, Klinikum, Muenchen, Jerman. Ia meninggal pada hari Sabtu pukul 17.30 waktu setempat atau 22.30 WIB. Kepastian meninggalnya Hasri Ainun dari kepastian Ali Mochtar Ngabalin, mantan anggota DPR yang ditunjuk menjadi wakil keluarga BJ Habibie. Ini menjadi duka yang amat mendalam bagi Mantan Presiden Habibie dan Rakyat Indonesia yang merasa kehilangan. Bagi Habibie, Ainun adalah segalanya. Ainun adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah segalanya, pengisi kasih dalam hidupnya. Sehingga pada desember 2012, sebuah film yang diambil dari buku terlaris karya BJ Habibie diluncurkan. Film tersebut berjudul "Habibie dan Ainun", film ini Mengangkat kisah nyata tentang romantisme keduanya saat remaja hingga menjadi suami istri dan saat ajal memisahkan mereka.

Habibie merupakan presiden RI pertama yang menerima banyak penghargaan terutama di bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat terbang mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara lain Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.

1 comment:

Biasakan untuk meninggalkan komentar setelah membaca.
Komentar yang dibutuhkan adalah komentar yang bersifat membangun dan saran bukan komentar yang mengandung SPAM.
Terima kasih atas kunjungannya.

(PLEASE NO SPAM).